Senandung
Dewa-Dewi
www.diansastro.20m.com
( Cinta
kembali menulis syair cantik, gambaran mata hatinya diatas lembaran
kasih bersampul merah hati....
Ini adalah catatan
hati yang berbicara dengan hati lainnya, sebuah cawan memabukkan
yang berisi anggur kasih sayang Ilahi...." )
Duhai,
Mahadewaku....
saat Dia, berada
diatas Arasy ,
Dia melihat qalam
dengan pengelihatan kebesaran,
maka qalam itu
terbelah dan meneteskan tinta....
Sudah terpuaskan kah
dahagamu akan ilmu , duhai sahabat bagi jiwa ?!....
Ketahuilah bahwa
seseorang tidak akan memiliki semua ilmu,
walaupun ia
mengusahakannya selama seribu tahun....
Sesungguhnya ilmu
itu seperti lautan yang pasang ;
maka ambilah ilmu
yang akan membawamu kepada kebaikan....
Aku pernah mendengar
Rasullulah bersabda bahwa -Allah telah mencatat takdir-takdir
makhluk,
Diatas kitab yang
bernama Lauh Mahfuzh,
lima puluh
ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi....
Duhai sahabat bagi
jiwa !,
Hari ini mungkin
jalanmu masih terhalang duri dan bebatuan,
Ambilah satu dari
duri-duri itu,
kirimkan aku salah
satunya yang terletak dijalanmu,
maka aku akan
memeliharanya hingga ia berkembang menjadi ladang-ladang
kehidupan...
Dan aku ingin engkau
menyakini ,
bahwa suatu saat
kelak, engkau akan memanen buah jiwa
dari benih-benih
jiwa yang pernah kau taburkan...
Dan janganlah engkau
bermuram durja,
singkaplah
langit-langit hitam dinding jiwamu dengan warna pelangi,
Jangan biarkan
hatimu mencucurkan airmata darah,
Janganlah pernah
berfikir bahwa kau sendirian,
Bukankah aku sahabat
bagi jiwamu ?!
Ingatlah Dia yang
menciptakanmu , ingatlah bahwa Tuhan adalah teman bagi mereka yang
tak memiliki teman.
Saat jiwa merasakan
dan berkata ,
" Cahaya
itu tiba-tiba datang mengusik dan menerangi dinding-dinding
kehampaan !!....."
Maka sang jiwa
berkata lirih,
aku adalah hamparan
bumi dan kau adalah matahariku,
Kaulah yang
memberiku keteduhan serta cahya yang memancar dari kejauhan...
Saat dua jiwa
melintas pada garis edar yang berbeda,
aku dan dia
menyakini bahwa : Engkau adalah cahaya dan air kehidupan bagi
jiwa.
begitu juga diriku
bagi jiwanya ,- dan jiwanya bagi jiwa ku.....
Dalam jiwa masih ada
Jiwa yang berkedudukan lebih tinggi,
........Engkaulah
Jiwa itu ( Tuhan ).......
Duhai sahabat bagi
jiwa !,.....
Kenang dan
dengarlah lirih isak tangis ku kini dan dulu ,
Disaat bulir-bulir
airmata jatuh membasahi bumi laksana hujan dimusim semi,
Sang jiwa meratap
pilu ,
atas kematian
seseorang yang kita sayangi,
seolah dua jiwa
saling berpegangan tangan ,
lewati
kesamaan hari-hari yang penuh pekat serta hampa ,
Duhai malam-malam
yang penuh kesunyian....
Tidak ada lagi
kini bagi tubuh serta jiwa untuk bersandar
disaat tubuh
gemetar serta akal terguncang karena kehilangan,
Ingatlah slalu
pesanku ini mahadewaku :
' '
Ayahandaku boleh telah tiada dan ibundamu pun telah tiada,
Tetapi anaknya tidak !,
"Cangkang
kerang boleh terbelah dan remuk, tetapi mutiara berharga yang
terbungkus olehnya
telah
menggelinding bebas !"
2002
Home
|