Dia
www.dian-sastro.cjb.net
Dia , sipujangga
cinta terus menyebut nama "cinta" yang telah memenjarakan
hatinya...namun teriakkannya hanya menggema dicakrawala, memantul
dari satu bukit ke bukit yang lain.
Sedang
"cinta" yang nun jauh disana tak bisa mendengar. Dia
memanggil nama cinta ribuan kali , dan selalu saja sia-sia, tidak
ada yang mendengar atau menjawab seruannya.
Ditempat yang jauh
itu jiwa "cinta" selalu mengenang dia , siang terbayang
malam dikenang, siang mengharap malam meratap.
Hasrat menyala-nyala
dalam hati yang terbakar kerinduan, rasa cinta itu semakin mendalam
,walau kedua raga saling berjauhan.
Getar perasaan
"cinta" terhubung juga dengannya, bila "cinta"
semakin menderita maka si -dia juga semakin menjadi-jadi ,
mengembara sendirian dipadang imajinasi serta mengabaikan segala
cemoohan orang sekitarnya yg menganggap cintanya pada
"cinta" hanyalah sebuah cinta sesaat yang biasa
dihinggapi anak muda-yang dengan sendirinya sirna bersama sang
waktu, dan mereka sering mengolok-olok , menyebut dirinya sang
pemimpi...
Ia ingin mengadukan
nasibnya tetapi pada siapa?!..
Tidak ada yang bisa
memahami perasaannya, hanya bebatuan dan lembah yang bisa memahami
kesedihan hatinya...
Karena bukit dan
lembah yang setia mendengarkan lolongan dia memanggil cinta.
Bila kerinduan dia
pada kekasihnya sudah tidak dapat terbendung, dadanya terasa sesak ,
pikirannya kalut, bagai tetesan embun jatuh kebumi airmata kesedihan
dan keputusasaan mengalir deras dari pipinya yang pucat. Dia telah
kehilangan akal sehatnya karena cinta, sirna pula kesadaran dirinya,
jika sudah demikian syair-syair yang indah keluar dari bibirnya yang
merah :
Duhai cinta...
Engkau adalah
keharuman nafas surgawi , yang membuatku tak lagi mampu untuk
memejamkan mata...
Sihirmu begitu
mempesona , membuat hati yang gersang ini menciptakan
kedalaman samudera yang nyaris sama dengan kedalaman jiwa...
Hanya untukmu
seorang , seluruh kerinduanku , impianku , angan dan harapanku
berlabuh , karena hanya engkaulah segala keinginan bermuara...
Wahai senandung pagi
serta kicauan burung dipagi hari....
Maukah engkau
menyampaikan salam rindu pada kekasihku....
Belailah rambutnya
yang hitam berkilau untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi
hatiku......
Wahai semilir angin
pagi yang mendamaikan dan menyejukkan jiwaku....
Sampaikan pada gadis
yang memikat hati itu betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu
dengannya, hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan....
Wahai semilir angin
yang memporak-porandakan putik-putik bunga....
Tanyakan dirinya
apakah dia masih mau berjumpa denganku?...
Apakah ia masih
memikirkan diriku ?.....
Bukankah telah
kukorbankan kebahagiaanku demi dirinya?...hingga diri ini terpenjara
sepi dan terbalut kegelapan didasar samudera ?! .....
Wahai semilir harum
-kelopak putik-putik bunga....
Maukah engkau
membawakan keharuman rambutnya padaku sebagai pelepas rindu?
Sampaikan salam ,
beserta kidung surgawi -pesanku ini untuknya :
Duhai kekasih hati
,....
Hatiku telah
dikuasai oleh pesona jiwamu, kecantikanmu menusuk hatiku laksana
anak panah, hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat
terbang...
Engkau laksana dewi
dalam gemilang cahaya...
Hanya untukmu
seorang jiwaku rela menahan kesedihan dan kehancuran..karena
engkaulah menara kekuatan dan airmata kebahagiaan bagi segala
prahara hidupku...
Keindahan parasmu
laksana ramuan ajaib yang memabukkan diriku , desah suaramu laksana
mantra sihir yang tidak bisa aku hindari , ia menjadi sumber
kebahagiaan yang telah memikatku untuk selalu mengenangmu...
Aku melintasi lorong
waktu , merangkak dalam kegelapan , terbalut debu dan luka.... dari
setiap titik darah yang menetes ini , ku harap dirimu
membukakan pintu bagi jiwaku....
Sebuah tempat dimana
kudapat berteduh dan menyandarkan tubuh serta jiwaku, hingga
kudapat merasakan sentuhan lembut jemari surgawi yang
bersemayam direlung jiwaku....
Duhai belahan jiwaku
,...
Dirimu selalu
bertahta dihatiku ...siang slalu kupikirkan dan malam
menghiasi mimpi ...
Airmataku pun telah
mengering karena selalu meratap dan merindukanmu...
Jeritan hatiku
bergema serta membelah kesunyian langit , memanggil namamu sebagai
pengobat jiwa, penawar kalbu...
Entah mengapa badai
dan prahara itu tiba-tiba datang , menghancurkan kebahagiaanku dan
dirinya...
Separuh jiwaku
beserta bahtera jiwaku hilang tersapu badai , terombang-ambing
ia oleh gelombang lautan perasaan yang tak bertepi dan berdasar....
Dan demi rasa
cintaku yang mendalam ...Aku rela berada dikedalaman samudera yang
dingin seorang diri...
...Berteman lapar,
menahan dahaga...
Wahai kekasihku,
hidupku yang tidak berharga ini suatu saat akan lenyap....
Tetapi biarkan
pesona kecantikanmu tetap abadi selamanya dihatiku...
Home
|