Bab
2
Tentang
Tiara
www.diansastro.20m.com
Menurut
shahibul hikayat, Tersebutlah seorang raja dari negeri timur yang
berkuasa dan termasyur bernama Nalendra , kekuasaannya terbentang
laksana permadani yang menghampar dari ujung bumi yang satu, keujung
bumi yang lainnya. Ia begitu disegani rakyat dan para musuhnya,
kata-katanya menjadi sabda, perintahnya adalah titah yang tak
seorangpun berani menentang.
Ditangan
kebesarannya Kerajaan Ansaria mencapai puncak kejayaan, wilayah
kekuasaannya melebar sampai Semenanjung Malaka, Kamboja dan
kepulauan pacific. Raja-raja yang telah ditaklukkannya diwajibkan
mengirimkan berbagai upeti sebagai tanda bakti.
Raja
Nalendra mempunyai seorang putri bernama Tiara, sebuah kerlip
bintang yang paling bersinar pada masanya , kecantikan dan budi
pekertinya tersebar dan tersiar hingga ke segala penjuru kerajaan
arah mata angin.
Tak
pernah hatinya diliputi kecemasan
sedikitpun, seolah pintu-pintu langit
tempat dimana ia bernaung, selalu mencukupi berbagai
kebutuhannya- dengan memberi tetes air
keberkahan , bagi beragam jenis warna bunga,
yang hidup dan merekah dalam taman hatinya.
Wajahnya
selalu berseri dan tak pernah terbersit dari pancaran wajahnya suatu
bentuk kedukaan ataupun kemuraman hati. Ia selalu dalam kegembiraan,
tak pernah ia menanyai hari esok ataupun yang kan terjadi
setelahnya, seolah berbagai kebaikan serta rahmat dunia berada dalam
genggamannya
Kelokan
dua binar matanya , bersinar laksana mata kijang. Seakan mampu
menghipnotis orang yang paling arif sekalipun -hingga menawan
hatinya dalam jeruji keputusasaan,
serta memabukkan dan menenggelamkannya dalam cawan-cawan
anggur, yang berisi air harapan akan cinta dan anugerah.
Seandainya
saja mata pena dipaksa untuk menuliskan keindahannya, tentu hal
tersebut akan sia-sia , disaat jiwa hendak
menulis perihal keindahan sejatinya , selalu saja mata-mata
pena tersebut menjadi patah , dan disaat buah-buah kebijaksanaan
hendak dipetik, guna mengisi pena dengan getahnya, selalu saja
kertas-kertas tersebut terlebih dulu terbakar , seakan tak kuasa
menahan beban amanah yang meski dipikulnya.
Walaupun
berbagai kesenangan hidup telah dikecapnya, ternyata Sang Putri
menyimpan suatu kegundahan hati, dalam tiap mimpi-mimpi malamnya ia
sering berjumpa dengan sosok pemuda yang begitu mengganggu
pikirannya. Dan ia bahkan mengigau menyebut-nyebut nama kekasih
khayalnya itu disetiap waktu -disetiap saat.
Kelakuan
ganjil tersebut terkadang membuat hati Raja menjadi gundah.
Bagaimana mungkin seorang ayah akan tega membiarkan permata
kesayangannya tertimpa suatu penyakit aneh..Karena hal itu Sang Raja
menjaganya siang malam, memayungi dirinya dengan perhatian dan kasih
sayangnya yang tulus..
Didalam
pengasuhan mawar tersebut, Raja Nalendra benar-benar mengistimewakan
Tiara sebagai harta yang paling ia cintai, kasih sayangnya sekan
tercurah hanya untuknya seorang serta menjaga layaknya Sphinx pada
piramid.
Raja
Nalendera telah lama
mendambakan mempunyai anak kembali, seorang anak lelaki yang kelak
akan mengangkat tongkat kebesaran dan mewariskan kejayaannya dengan
semerbak keharuman mawar, namun keinginannya tak pernah terwujud
karena permaisurinya tak pernah lagi mengandung.
Pada
suatu hari Raja Nalendra mengadakan suatu acara yang ditempatkan
dibalirung istana , berbagai kalangan masyarakat berbaur menjadi
satu, bersorak penuh kegembiraan dalam sebuah keceriaan malam,
mereka diundang secara khusus untuk merayakan hari kelahiran rajanya
yang telah memasuki usia 75 tahun, didalam keria-an acara tersebut
berbagai lomba dan atraksi telah digelar, berbagai pundi-pundi
kebaikan dibuka, malam itu menjadi malam yang penuh keberkahan tidak
saja bagi kalangan amir tapi juga fakir.
Berbagai
kebaikan di malam itu, seakan menjadi air yang menghidupi
serta merahmati segala karunia yang telah dicurahkan Sang Khalik
pada sang raja., atas pemberian kesehatan dan umur yang panjang
kepadanya.
Didalam
pesta itu digelar berbagai atraksi, tari-tarian , dan juga lomba
bersyair, dikarenakan
ikut dalam perlombaan, Satria berada diruangan utama. Dimana ruangan
itu dikelilingi meja-meja perjamuan, laksana sebuah taman firdaus,
beragam hidangan lezat, hiasan-hiasan dan bunga-bunga terbaik yang
ada diseluruh negeri tersaji disana .
Berbagai
kenikmatan dunia terpancar dari tangan emasnya, sebuah tempat dimana
terdapat Raja dan kerabat serta para bangsawan bercengkrama bernaung
dibawah langit kejayaan, seakan hendak memperlihatkan kebesaran
serta kemuliannya masing-masing..
Setelah
memberikan kata sambutan, Raja Nalendra secara resmi membuka acara
tersebut. Digelarlah berbagai atraksi kesenian tradisional yang
dilakukan para seniman istana. Ketika sang putri raja sedang menari
dengan pangeran dari kerajaan lain, secara tak sengaja kaki sang
putri menyentuh meja yang diduduki seorang pemuda, sehingga
menjatuhkan gelas kepangkuannya, yang belakangan kita ketahui
bernama Satria.
Dalam
kejadian serba cepat seperti itu, si pemuda dengan khilaf secara tak
sengaja mengeluarkan desis bernada hardikan; apalah daya desis telah
keluar dan tak mungkin dapat ditarik kembali, tak pantas bagi
seorang rakyat biasa mengeluarkan desis sekecil apapun juga,
terlebih lagi kepada seorang yang begitu dihormati, maka si
pemuda buru-buru meminta maaf atas segala kekhilafannya, alih-alih
sang pemuda akan marah, ternyata ia terpana kepada kecantikan gadis
itu.
Sambil
tersenyum ramah pada Satria, Sang Putri menghaturkan permohonan maaf
secara tulus padanya. Tertegun oleh kerendahan hati dan keramahan
Sang Putri, Satria bersyair dalam hati :
“Tak
jadi masalah Tuan Putri menjatuhkan air kepangkuanku,
Padahal
lomba belum saja digelar,
Tak
mengapa bila harus menjadi
seorang pecundang,
Jika
senyum yang diberikannya padaku,
telah
menjadikanku sebagai seorang pemenang!”
Pada
saat itu juga, keindahan atap istana beserta
indah kerlip lampu-lampu kristal, telah menandakan sebuah
takdir -bagi lahirnya seorang penyair,
yang kelak akan mewariskan bait-bait abadi bagi generasi
sesudahnya .
Banyak
wanita yang memberi ilham padanya untuk menulis kasidah, bagai
kumbang yang mengelilingi bunga-bunga, tetapi Sang penyair hanya
tertarik pada salah seorang diantara mereka, dialah Tiara anak dari
Baginda Raja.
Saat
wajah rindu akan damai, seolah kedamaian itu harus ditebus oleh
peperangan, wajah yang terluka akan dibasuh serta disembuhkan -oleh
kain dan airmata kesedihan.
Begitu
juga disaat sang pemuda datang dengan membawa hati yang tandus ,
tiba-tiba saja hadir seorang yang
memiliki kecantikan bidadari, basahi dahaga kerongkongan jiwanya
dengan membawa sejumput senyum menawan, yang kelak akan menyegarkan
segala resah hatinya.
Ketakjuban
itu terus berkembang hingga menjadi sebuah taman jiwa yang penuh
terisi oleh bunga-bunga cinta. Maka dari itu, keluarlah syair-syair
indah dari bibirnya seakan sudah menjadi detak jatung penyair kita.
Ia
takkan pernah berhenti bersyair kecuali jika sang kekasih
menghendaki atau jantungnya sudah tidak berdetak untuk selamanya.
Duhai
Pesona para dewi,
disaat
aku melihat engkau menari,
Gerak
gemulai tubuhmu membuat jantungku seolah berhenti berdetak,
Andai
saat itu aku yang menari denganmu,
Pasti
ku kan binasa, melihat
pencaran mata yang begitu indah itu,
Duhai
Dewi Cintaku,
Saat
kau melemparkan sebuah senyuman
padaku, hatiku yang beku kini mencair
Disaat
kita saling menatap,
maka
sabda jiwa kita tak mampu menyembunyikan rasa dihati.
Kebisuan
kita adalah cahaya keindahan yang memancar dari dalam diri,
lebih
mulia dari suara-suara yang ditutur alam,
Lebih
indah bunyi-bunyian
yang terucap dari para malaikat,
Duhai
dara jelita,
keindahan
diatas para Putri-putri Raja,
Apakah
jiwamu dan jiwaku saling bertemu dihari pertemuan itu ?!
Setelah
pesta usai, keterpesonaan Satria kepada sang putri membuat dirinya
lupa menanyai nama seorang gadis yang telah memikat hatinya itu.
Beberapa
hari kemudian sipemuda kembali menuju keistana, kebetulan diistana
sedang ada pengangkatan prajurit baru, maka kesempatan itu tidak
disia-siakan olehnya, saat berada di alun-alun istana sipemuda
berjumpa dengan beberapa dayang-dayang istana , sambil menyelesaikan
urusannya, ia
menyelidiki dan mencari tahu siapa nama gadis yang berada dalam
pesta kemarin itu yang kerling matanya begitu mempesona, senyumannya
indah tak terperi, atau langgam bicaranya yang menawan telah membuat
hatinya terbakar oleh bara api bernama cinta .
Ternyata
usaha tersebut tidaklah sia-sia, salah satu dayang istana
mengabarkan keberadaan si pemuda kepada sang putri, “ kekaguman
atas diri Tuan Putri telah melahirkan banyak bait-bait syair cantik
dan kebanyakan syair-syair itu dinisbatkan kepada Anda!” , begitu
tuturnya.
Mata
merupakan jendelanya hati, segala sesuatu yang mengitari pikiran
sang pecinta mendorongnya untuk menemukan cintanya, walaupun
dengannya ia harus mereguk racun, niscaya racun itu tak berdaya oleh
madu cinta yang mengalir dalam darahnya .
Tak
bisa pungkiri bahwa Sang Putri juga merasakan getaran yang sama,
takkala ia mendapatkan cerita perihal kekasihnya itu. dawai-dawai
kecapi asmara serasa mengalun merdu diseputar dinding hatinya .
Ketika
cinta hadir dan mengetuk pintu hati, maka hati tak akan lagi bisa
membedakan antara kaya atau miskin, siburuk rupa atau sibaik rupa.
Dan sang putripun tak dapat berpaling untuk tidak mencintainya.
Tiara
sang putri raja, melihat sesuatu yang indah memancar dari diri si
pemuda. Begitu juga sebaliknya dengan sipemuda, ia memandang Sang
Putri sebagai sebongkah mutiara nan sempurna, yang memancarkan
cahaya kecantikan dari dalam diri.
Gayung
bersambut , tidak bertepuk sebelah tangan. Setiap kali dua jiwa itu
bersua , kadar cinta di dada masing-masing semakin bertambah besar.
Dalam cinta dan kerinduan, selalu bermula dari pandangan mata,
kemudian senyum, lalu sapa, bicara lantas berjanji untuk bertemu,
terjadi perjumpaan atau bahkan perpisahan.
Setelah
perjumpaan sekejap itu, hubungan keduanya berlangsung melalui surat
ataupun saling kirim mengirim utusan.
Syahdan
Sang Putri Raja sedang dilanda demam asmara , pikirannya takkan
pergi jauh dari sang terkasih, walau banyak sekali duri yang
menghalang ataupun cemoohan yang terlontar, ia tetap saja tak peduli
; dan semakin menyakini -bahwa getaran yang bersemayam dalam hatinya
merupakan sebuah getaran cinta yang telah lama terpatri dalam hati,
takkan pernah ia merasa bersalah dan takkan penah mengenal kata
salah.
Seseorang
yang bijak sekalipun tentu bisa mengendalikan akal sehatnya , namun
apalah daya jika sibijak diterpa penyakit cinta, tak ada obat
mujarab yang dapat dengan mudahnya menyembuhkan penyakit ini selain
kehadiran si pemberi penyakit
“Ternyata
dialah !…ternyata dialah yang sering mampir disetiap mimpi-mimpi
malamku!”
gumam Tiara, Sang Putri Raja.
Begitulah
bila cinta telah dibutakan oleh hasrat dan keinginan , ia akan lupa
akan kebenaran yang mendasarinya, apalah daya tembok yang kokoh lagi
tinggi ataupun kesiagaan para pengawalnya -semua kan jadi percuma,
bila yang meski dijaga adalah sebuah hati.
Dalam
suatu kesegaran pagi
yang cerah, dengan berhias lengkung warna-warni pelangi, bunga-bunga
merekahkan putik mahkota indahnya.
Dipagi itu pintu-pintu langit hendak menganugrahkan hikmah,
serta memperlihatkan tabir lain yang sempat terhalang bagi
pengelihatannya, maka terbukalah secara perlahan berbagai selubung
yang menutupi matahatinya, sehingga Tiara Sang Putri Raja merasakan
sesuatu yang aneh -telah terjadi pada dirinya. Ia melihat dan
menyaksikan dengan mata hatinya , bahwa kupu-kupu dan bunga saling
berbicara , seolah mereka hendak menyampaikan dan menisbatkan
bait-bait syair nan indah ini untuknya
:
Aku
adalah kupu-kupu ,
aku
dan bunga adalah sepasang kekasih.
Angin
kehidupan mempertemukan dan memisahkan kami.
Aku
terbang dan aku datang dari atas singasana cintamu,
untuk
menggabungkan sengat kasihku dengan putik indahmu, serta
keindahan warnanya yang menyatu dengan keindahan sayap-sayap
cintaku.
Menjelang
segarnya pagi aku menghampiri kekasihku,
dan
ia mendekapku dalam kelopak indahnya.
Disenja
hari kutorehkan dan kubacakan syair-syair kerinduanku ,
lalu
ia tersenyum ,
dan melambaikan
kelopak jiwanya padaku....
Kupu-kupu
bersayap yang oleh cinta tidak diberi kekuatan, tidak akan bisa
terbang dari balik dedaunan untuk melihat keindahan dan keagungan
cinta,
Dimana
jiwaku dan jiwa kekasihku menyatu dalam setiap hembusan dan tarikan
nafas keabadian...
Ketika
angin menyandungkan bait-bait cinta ,
Ruh
semesta yang mendengarnya akan tertunduk dalam bulir airmata
bahagia...
Disaat
angin bergolak, dan hati terluka...Kupu-kupu terbang susuri
taman-taman hati, dilihatnya
bunga-bunga merekahkan warni kemandulan jiwa...putik
indahnya takkan pernah mendengar...ketika alam menyandungkan
bait-bait kehidupan...
Kekasihku,.....
Aku
ingin engkau mengenalku sebagai keindahan kupu-kupu yang pernah
tertatih dalam kegelapan...Aku ingin engkau mengingatku sebagai
makhluk yang pernah terkurung sepi dalam
selubung kegetiran ....
Duhai,
keindahan jiwa yang
menghias taman hatiku,
Tak
ada hari-hari yang lebih indah daripada hari-hari yang dihiasi oleh
keindahan cinta...
Tak
ada badai yang lebih menakutkan selain badai asmara..tetaplah dalam
genggaman erat - kepakan
syair keabadianku, dan
jadilah
pengikut setia atas Singgasana keajaiban cintaku...
Dan
kupu-kupu yang dicintai Sang Putri Raja bukanlah kupu-kupu biasa,
walaupun ia berasal dari kalangan jelata , namun dia adalah sosok
pemuda yang cakap menunggang kuda, hebat dalam memainkan pedang dan
ahli membuat syair, konon apabila ia menyandungkan bait-bait syair,
kehalusan dan kedalaman makna yang terkandung didalamnya amatlah
menggetarkan jiwa, bahkan bagi jiwa sekeras batu sekalipun akan
luluh lantak dibuatnya.
Dilain
kesempatan, masih disebuah taman jiwa yang sama Sang Putri terlihat
menghampiri kupu-kupu tersebut , serta meraih sayapnya kemudian ia
berbicara padanya
”Wahai
kupu cintaku !’,
katanya “Dari sayap keindahan dunia manakah engkau berasal ?”.
“Dapatkah kau padamkan nyala api yang menyala dalam hatiku kini
?”, “Haruskah aku memohon padamu untuk mengatakan padaku siapa
namamu dan dari mana engkau berasal ?.” ….
“Lihatlah
luka yang telah tergores dan teranga di hati ini, dapatkah kau
biarkan keperihan ini terus berlangsung, sedang kau biarkan aku
meluruh dalam dekapan sayap kebesaranmu ?”…Duhai, betapa
malangnya jiwaku, dan ku yakin tak seorangpun mau tertimpa cinta
seperti ini, kau telah membawa pergi
hatiku , tanpa meninggalkan jejak sedikitpun perihal
dirimu!”.
“Duhai
kepakan sayap yang terus bergema dikehening ruang hatiku, maukah kau
ceritakan padaku ihwal syair yang kau gubah
untukku?!”…”Tahukah kau wahai kekasih hati !, bahwasanya
bayang indahmu telah menggangu tidurku, merampas ketenangan malamku
dengan menaburi duri cinta pada pembaringanku ?!”
“Ketahuilah
bahwa kebebasanku kini, telah tertawan oleh keindahan
bait-bait cintamu, maka sandingkanlah kedua jiwa itu; bila
kau tak sudi menyatukannya sesegera mungkin, maka kembalikanlah
jiwaku !…dan jangan biarkan terus jiwaku tersiksa dalam penantian
- serta menunggu dalam keraguan ditiap detik ujung harapku ini !”
Tak
beberapa lama kemudian kupu-kupu yang menghias serta bersemayam
ditaman jiwa itu menjawab seruannya, lalu kupu-kupu yang ada
digenggamannya itu berkata :
“Saat
Sang Putri Raja berdiri ditepian senja, langit
mengukir lembaran kisahku padanya, maka
ia tersenyum, ia
menangis , dan ia tertegun”.
“Duhai
kelembutan jemari yang telah menggetarkan kebesaran sayap-sayap
cintaku !” “Janganlah kau berburuk sangka, ijinkanlah aku barang
sejenak mengagumi keindahan parasmu, maka ijinkan aku untuk memaknai
keindahan dirimu dalam kepakan sayap-sayap kebijaksanaanku !”
“Dan
janganlah mengira luka cinta yang kuterima akibat pesonamu, lebih
ringan dari yang kau terima dariku.”…”Jiwakupun terpanah oleh
panah cinta yang sama !”
Pertemuan-pertemuan
dalam alam impian, ternyata belum juga bisa menjawab dan
menyembuhkan penyakit akan cinta atau memadamkan gelora bara api
cinta yang berkobar didalam hati.
Sang
putri raja kembali kekamarnya dengan membawa penyakit bathin didalam
tubuh, badannya semakin kurus beriring dengan berlalunya hari . Tak
seorangpun tabib yantg mampu mengobati. Setiap hari ia mengigau
menyebut-nyebut nama kekasihnya atau berbicara dengan bayang-bayang
sang terkasih..
Perpisahan
adalah ladang subur untuk menumbuhkan dan menyalakan api cinta.
Tidaklah menjadi kendala bila kedua pecinta terpisahkan oleh jarak,
dinding-dinding kokoh yang sengaja dibangun-pun akan sia-sia belaka,
bila yang ingin dibatasi adalah sebuah jiwa.
Baginya,
cinta sejati adalah singgasana peristirahatan akhir bagi kemurnian
hati, dihadapannya-lah cinta menghamba , didalam erat
genggamannya-lah kekuatan cinta memasrahkan diri.
Berkali-kali
mereka berusaha untuk merajut benang-benang cinta kasih, tetapi apa
lacur , untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak,
benih asmara dalam kedua jiwa itu akhirnya tercium juga oleh
keluarga sang putri.
Kini
kekasih yang dibangga-banggakannya telah dipingit dalam kamar
kerajaan, ia tak dapat lagi keluar tanpa pengawalan teman atau orang
yang dapat dipercaya.. Kalau terpaksa harus keluar, itupun bila ada
keperluan yang amat mendesak.
Sang
putri raja telah dipersiapkan untuk menjadi pewaris kerajaan, dalam
pingitannya itu ia hanya diam seribu bahasa sembari merasakan
pahitnya kesedihan.
Saat
cinta menyapa jiwa pemuda dan putri raja , saat bunga-bunga cinta
telah terpaut dilubuk hati keduanya,
kini Tiara sang putri raja tidak dapat ditemuinya kembali
sekalipun itu hanya sebuah pertemuan melalui surat-menyurat. Maka
biarlah kumpulan lembaran jiwa itu; impian, imajinasi dan kenangan
yang menyertainya , menjadi muara ilham bagi lahirnya bait-bait
syair yang dinisbatkan padanya
Beriring
dengan berjalannya waktu, hal
tersebut tak berlangsung lama, secara sembunyi-sembunyi, pertemuan
mereka menjadi semakin rutin, meski hanya memandang Tiara dari bawah
balkon istana, sebuah pertemuan suci dilakukan dengan tetap menjaga
diri, tak peduli langit sedang menghitam atau guntur sedang
membahana, mereka tetap gigih, walau mara bahaya mengancam keduanya
, seakan hal itu tak menyiutkan nyali dan menyurutkan niat baik
kedua pecinta yang sedang dilanda badai asmara untuk saling bertemu.
Dalam
kenekatan seperti itu, Sang Raja pernah menasehati
putrinya:
“Wahai
anak pelita bagi kebesaranku , engkaulah satu-satunya yang paling
kucinta, permata yang paling berkilau dari seluruh negeri ..sampai
kapankah engkau akan tersesat dalam kebeliaan masa mudamu ?…
Mengapa engkau masih berhubungan dengan pemuda yang tak jelas
keberadaan dan asal-usulnya?…Ketahuilah bahwasanya engkau adalah
seorang putri Raja, banyak pangeran tampan yang mengantri laksana
kumbang mendekati bunga untuk dapat mendapatkanmu, namun mengapa
engkau terpedaya dan terbelenggu
dalam jerat-jerat tipuan yang telah diciptakan
olehnya?…Seseorang yang memperlihatkan manisnya cinta padamu,
laksana kembang gula, padahal ia telah membuatnya dengan jemari
hitam lagi berkuku tajam! ”
“Duhai
Ayahandaku tercita” tuturnya, “ Janganlah engkau berkata seperti
itu, tidakkah kau
ketahui ,bahwa tak ada
seorang gadispun yang ingin
tertimpa kemalangan seperti ini, ……luka pada hatiku ini; bukan
atas kehendakku- ia ada, namun karena kebesaran cinta itulah ia
ada!”
Ketidaksukaan
Sang Raja pada Satria berbuntut panjang, sebenarnya Satria lulus
dalam pengangkatan prajurit baru, namun karena ketidaksenangannya
itu, ia dinyatakan tidak lulus secara sepihak, musnahlah harapannya
sebagai abdi negara yang ia citakan sejak kecil. Namun demikian
Satria tak pernah berkecil hati ataupun berputus asa, ia tetap
berusaha tersenyum walau hatinya merintih.
Cinta
tak pernah berubah sepanjang masa . Cinta adalah getaran yang
menembus kalbu. Cinta adalah panggilan jiwa yang memaksa jasad untuk
mengikuti. Dan cinta adalah bara api yang berkobar didalam hati
setiap kali melihat sang terkasih, atau mendengar namanya disebut.
Perputaran
hari telah menengaskan bahwa setiap kali kedua jenis anak manusia
dipisahkan, setiapkali rasa rindu untuk bertemu meenggelegak didalam
jiwa, setiapkali itu pula akal menciptakan bentuk bentuk hubungan
yang tak pernah terbayangkan.
Seorang
pecinta yang tergila-gila tidak akan merasa cukup bila hanya
menyandungkan bait syair pada sang terkasih, ia akan berusaha
mendekati rumah kekasihnya itu berharap sebuah keajaiban
mempertemukannya dengan si jantung hati.
Bukanlah
seorang Satria, bila ia
tak bersyair untuk menjawab segala keresahan hatinya, dan bukanlah
seorang Tiara, bila ia
tak pandai bersyair dan juga menterjemahkan syair-syair yang
dinisbatkan padanya…
Duhai
kekasih,
Disaat
seorang pemuda dilanda cinta, Hal gila apapun pasti dilakukannya
demi Sang tercinta,
Tembok
yang tinggi sekalipun kan dipanjatnya, laut nan luaspun kan
diarunginya,
Onak-duri
itu dapat dengan mudah diatasinya, lain halnya bila bunga yang
ia cintai dipagari - dinding-dinding kemuliaan dan kehormatan,
Ia
akan mati dibalik tembok itu dengan menggenggam sebuah
keyakinan kuat dalam hatinya,
Dalam
kematiannya- ia menyakini bahwa; kelopak bunga yang ia lempar
dari balik tembok itu,
sekalipun
bunga-bunga itu tak ada yang memungutnya ,
suatu
saat layunya akan menjadi benih harapan, serta obat kerinduan bagi
sang terkasih,
Bunga-bunga
harapan yang kelak menjadi pelipurnya dikala sedih,
menjadi
teman sejatinya dikala hampa.
***
Hartono Beny Hidayat
2001
- 2004
Home
|